Kamis, 07 Februari 2013

Kasih Sayang Nabi kepada Lingkungan (Non Hewan dan Tumbuhan)


Kasih Sayang Nabi kepada Lingkungan (Non Hewan dan Tumbuhan)



Kedatangan Nabi Muhammad SAW, bukan saja menjadi anugerah bagi manusia, hewan, dan tumbuhan, melainkan juga benda-benda lain yang ada di bumi ini. Mereka semua senang kepada sikap dan ajaran Nabi yang memperhatikan keberadaan mereka. 

1. Nabi menyuruh menjaga kebersihan halaman rumah.

"Sesungguhnya Allah itu Mahabaik yang mencintai kebaikan, Mahabersih yang mencintai kebersihan. Oleh sebab itu, bersihkanlah halaman-halaman rumah kamu dan jangan menyerupai Yahudi." (HR Tirmidzi dan Abu Ya'la). 


2. Nabi menyuruh menjaga air dari kotoran

“Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat :  buang air besar di sumber air, di tengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh”. (HR. Abu Daud)

Rasulullah melarang untuk membuang air kecil dalam air yang tidak mengalir karena akan merusak air itu. (HR Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).


3. Nabi melarang penggunaan air secara berlebihan

Suatu hari, Rasulullah melewati Sa'ad sedang berwudhu (dan banyak menggunakan air). Beliau mengkritik, "Mengapa boros wahai Sa'ad?" Sa'ad menjawab, "Apakah ada pemborosan air dalama wudhu?" Rasul menjawab, "Ya, walaupun kamu berada di sungai yang mengalir." (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

4. Nabi menyuruh menjaga kebersihan masjid. 

"Semua amalan umatku ditampakkan kepadaku baik dan buruknya. Aku dapatkan di antara amal kebajikan adalah menghilangkan bahaya dari jalanan dan aku temukan di antara amalan yang buruk adalah membuang ingus di masjid dan tidak dibersihkan." (HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah). 

5. Nabi menjahit baju robeknya dan sandalnya sendiri.
Sudah populer di tengah kita kepribadian Nabi yang rendah hati ini. Salah satu sudut penilaian kita terhadap sikap Nabi tersebut, adalah karena rasa sayang Beliau terhadap benda-benda miliknya, sehingga Beliau tidak langsung mengganti baju yang robek atau sendal yang putus, melainkan memperbaikinya terlebih dahulu.

6. Nabi menamai benda-benda miliknya.

Beliau menamai gelasnya ‘Ar Rayyan’, mangkuk ‘Al Gharra’, dan tas ‘Al Kafur’. Beiau juga memiliki pedang-pedang yang diberinama, salah satunya ‘Dzul Faqqar’.  Sikap ini menunjukkan kerendahan hati Nabi, sekaligus kualitas persahabatan dan kasih sayang beliau dengan benda-benda pribadinya.

Kisah Nabi dan Sepohon Kurma


KISAH NABI  DAN SEBATANG POHON KURMA



Semula dahulu, Masjid Nabawi di kota Madinah itu dibangun dengan sederhana. Langit-langit atapnya hanya terdiri dari sambungan pelepah yang telah diikat. Dibawahnya terdapat batangan pohon kurma tertata rapi yang tegak terpancang menopang kuat. Sedangkan lantainya hamparan tanah pasir yang cukup bersih terawat.

Di hari jum’at, setiap kali berkhutbah, Baginda Nabi saw. biasa berdiri sambil berpegangan pada sebatang pohon kurma yang berada di dekatnya.Tangan Baginda yang mulia telah berulang kali menyentuhnya, untuk sekedar memegang atau bersandar.

Rupanya hal itu –dengan kehendak Alloh Swt.– telah memberikan kesan yang teramat spesial bagi sebatang pohon tersebut. Kemuliaan Baginda, keagungan pribadinya dan kasih sayangnya yang luas, semua itu telah membuat pohon kurma tadi turut pula merasakan kebahagiaan yang tiada tara, merasakan kebanggaan yang tak tertandingi oleh setiap pepohonan, setiap benda-benda, bahkan oleh manusia sekalipun yang tak pernah bersentuhan dengan tubuh sang kekasih tercinta.

Suatu hari, seorang sahabat datang berkata kepada Baginda Nabi saw.,  ”Wahai Rasulullah,bagaimana jika kami membuatkan sebuah mimbar untukmu?”.”

“Jika memang kalian menghendaki, silahkan!”, jawab Baginda.

Maka para sahabat pun segera mencarikan rancangan, hingga dibuatlah sebuah mimbar. Kelak lembaran sejarah mencatatnya sebagai mimbar pertama dalam Islam.

Dengan diliputi rasa penasaran bercampur bahagia, para sahabat pun menunggu kesempatan itu tiba, kesempatan untuk menyaksikan peristiwa saat pertama kali Baginda Nabi saw berdiri menyampaikan khutbahnya di atas mimbar.

Tatkala Nabi tengah berkhutbah tiba- tiba terdengar suara tangis memilukan. Entah siapa dan dari mana suara itu berasal? Khalayak pun ramai, saling memandang, mencari tahu.

Dari atas mimbar, Baginda Nabi saw. beranjak turun menuju sebatang pohon kurma, pilar masjid yang tadinya beliau gunakan sebagai tempat untuk bersandar. Baginda mendekat, menyentuh, kemudian mendekapnya, hingga suara ratapan tadi hilang lengang, seakan memberi isyarat bahwa si pemiliknya telah tenang.

Orang-orang yang hadir masih menatap Baginda penuh tanya, seolah menanti penjelasan yang masih tersisa.

Beliau bersabda : “Pohon ini meratap karena rindu kepada dzikir yang dahulu biasa didengarnya”

Kemudian Nabi memberi pohon itu pilihan, apakah hendak dikembalikan fungsinya sebagai tempat bersandar dan berpegangan, ataukah dikubur dan menjadi pohon yang buahnya dimakan oleh para nabi serta orang-orang saleh di taman surgawi?

Pohon itu memilih yang terakhir.



Kasih Sayang Nabi Muhammad SAW kepada Pepohonan


Nabi sebagai Rahmat bagi Pepohonan
Fajril Gois




Selain manusia dan binatang, pepohonan juga merasa senang dengan kehadiran Nabi Muhammad SAW. Hal itu karena Nabi menyayangi pepohonan dan menyuruh umatnya menyayangi pepohonan.

Contoh-contoh sikap Nabi terhadap tanaman antara lain :

1.    Nabi menancapkan pelepah kurma di atas dua kuburan untuk meringankan siksa kedua penghuninya. Perbuatan Beliau menginspirasi umat Islam untuk menanami areal pekuburan dengan pepohonan. Apapun alasannya, tradisi umat Islam ini berdampak positif bagi kesehatan lingkungan.

2.    Nabi menyuruh menanam pohon

"Barang siapa yang mempunyai sebidang tanah, maka hendaknya ditanami dengan tanaman-tanaman atau pepohonan"(HR. Baihaqi).

3.    Nabi menyuruh umatnya untuk tetap menanam bibit pohon walaupun Kiamat sudah tiba.
“Sekiranya kiamat datang, sedang di tanganmu ada anak pohon kurma, maka jika (masih) bisa tidak berlangsung kiamat itu sehingga selesai menanam tanaman, hendaklah dikerjakan (pekerjaan menanam itu) (H. R. Ahmad, dari Anas bin Malik).

Mengagumi Hadis ini, Muhammad Quthub berkata :
“Ya Tuhan, haruskah tetap ditanam? Apakah yang mesti ditanam itu? Bibit kurma yang baru menghasilkan buah setelah bertahun lamanya, padahal kehancuran dunia sudah pasti dengan yakin akan terjadi. Ya Allah, Hanya Nabi Islam, penutup dari segala Nabi, yang berhak mengatakan ini. Islam satu-satunya agama yang mungkin menggerakkan hati manusia untuk berbuat ini, dan hanyalah Nabi Islam satu-satunya yang mungkin membawa petunjuk demikian dan akan memimpin manusia lainnya. Inilah sejarah dunia seluruhnya. Tiada contoh bandingannya inti ajaran Rasulullah SAW ini.


4.    Nabi memotivasi umatnya yang menanam pohon dengan pahala sedekah

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).


5.    Nabi melarang membuang kotoran di bawah naungan pohon.

"Jauhilah tiga perilaku terlaknat : Buang kotoran di sumber air, di pinggir jalan, dan di bawah naungan pohon." (HR Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).

6.    Nabi melarang menebang pohon tanpa kemaslahatan. Kepada tentara yang hendak berperang Nabi mengeluarkan perintah : jangan rusak pohon korma, jangan cabut tanaman, dan jangan runtuhkan rumah. Ini dalam keadaan perang, apakah lagi dalam keadaan damai?

7.    Secara khusus, Nabi melarang menebang pohon di Makkah dan Madinah

“Sesungguhnya kota Mekah diharamkan oleh Allah, bukan manusia yang mengharamkannya. Maka tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat menumpahkan darah dan menebang pohon di sana” (Shahih Muslim No.2413)

8.    Nabi mengancam penebang pohon secara liar

"Siapa saja yang memotong pohon bidara yang ada di atas tanah lapang yang sering digunakan sebagai tempat bernaung bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan ataupun binatang-binatang, secara sia-sia dan penuh kezaliman tanpa alasan yang benar, maka Allah akan mencelupkan kepalanya ke dalam api neraka" (HR. Bukhari)

9.    Kecintaan Nabi terhadap pepohonan diikuti oleh para sahabatnya. Abu Bakar r.a. melepas tentara perang Islam dengan 10 wasiat, dua di antaranya :  jangan menebang pohon yang sedang berbuah, dan jangan membinasakan pohon kurma.

Ibnu Umar suka menelusuri bekas-bekas Rasulullah SAW. Di mana saja Beliau pernah melakukan shalat, iapun shalat di tempat itu. Ia juga menjaga, memelihara dan menyirami dengan air, pohon yang pernah disandari Nabi SAW supaya tidak mati dan kering.

Kiai  Hamid Pasuruan, sebagaimana diceritakan dalam jalan-hijau.blogspot.com, melarang santrinya mengikat pohon dengan kawat, karena takut menyakitinya. Dia memperlakukan pohon seperti memperlakukan manusia.