Senin, 04 Februari 2013

Manfaat Mengimani Malaikat Rakib-Atid


Manfaat Mengimani Malaikat Rakib-Atid
Oleh Fajril Gois


Malaikat Rakib ditugaskan Allah untuk mencatat perbuatan baik manusia. Sedangkan malaikat Atid mencatat perbuatan buruk.

Orang yang mengimani kedua malaikat ini, Insya Allah akan memiliki sikap-sikap positif berikut :

1.     Dia gemar berbuat baik sekecil apapun, walaupun tidak ada orang yang melihatnya.

Dia membuang sampah di tempatnya, sebab malaikat Rakib menyaksikan dan mencatatkan 10 pahala untuk setiap 1 potong sampah.

Dia menyirami bekas buang airnya, membayar penuh makanan yang dibelinya, membuka alas kakinya di masjid, mengucapkan perkataan yang menyenangkan, membaca ayat-ayat Alquran setiap hari, dan sebagainya. Setiap waktunya diisi dengan perbuatan baik.


2.     Dia menghindarkan diri dari perbuatan buruk sekecil apa pun, walaupun tak ada yang melihatnya.

Dia tidak menyontek, meskipun guru dan teman-teman tidak melihatnya.
Dia tidak mendustai tugas atau PR dari gurunya, tidak mencorat-coreti meja, dinding, dan buku pinjaman, tidak memanggil temannya dengan kata-kata yang buruk, tidak mengambil barang yang bukan haknya, dsb.

Bukankah Allah Maha menyaksikan? Bukankah malaikat Atid melihat dan mencatat setiap perbuatannya?


3.     Dia berusaha lebih mengingat kebaikan temannya ketimbang kejahatannya.

Dia belajar dari Allah yang menciptakan kedua malaikat, yang mencatat setiap 1 kebaikan dengan 10 pahala dan 1 keburukan dengan 1 dosa. 


Asyik, kan, berteman dengan teman yang beriman?

Tanda-Tanda Kematian




Gasud.com. Allah telah memberi tanda kematian seorang muslim sejak 100 hari, 40 hari, 7 hari, 3 hari dan 1 hari menjelang kematian. Berikut ini adalah tanda tanda kematian sesorang mulai 100 hari sampai 1 hari sebelum kematian.

Tanda 100 hari menjelang ajal : Selepas waktu Ashar (Di waktu Ashar karena pergantian dari teran g ke gelap), kita merasa dari ujung rambut sampai kaki menggigil, getaran yang sangat kuat, lain dari biasanya, Bagi yang menyadarinya akan terasa indah di hati, namun yang tidak menyadari, tidak ada pengaruh apa-apa.

Tanda 40 hari menjelang kematian: Selepas Ashar, jantung berdenyut-denyut. Daun yang bertuliskan nama kita di lauh mahfudz akan gugur. Malaikat maut akan mengambil daun kita dan mulai mengikuti perjalanan kita sepanjang hari.

Tanda 7 hari menjlang ajal : Akan diuji dengan sakit, Orang sakit biasanya tidak selera makan. Tapi dengan sakit ini tiba-tiba menjadi berselera meminta makanan ini dan itu.

Tanda 3 hari menjelang ajal : Terasa denyutan ditengah dahi. Jika tanda ini dirasa, maka berpuasalah kita, agar perut kita tidak banyak najis dan memudahkan urusan orang yang memandikan kita nanti.

Tanda 1 hari sebelum kematian : Di waktu Ashar, kita merasa 1 denyutan di ubun-ubun, menandakan kita tidak sempet menemui Ashar besok harinya. Bagi yang husnul khotimah akan merasa sejuk di bagian pusar, kemudian ke pinggang lalu ketenggorokan, maka dalam kondisi ini hendaklah kita mengucapkan 2 kalimat syahadat.

Imam Al-Ghazali, mengetahui kematiannya. Beliau menyiapkan sendiri keperluannya, beliau sudah mandi dan wudhu, meng-kafani dirinya, kecuali bagian wajah yang belum ditutup. Beliau memanggil saudaranya Imam Ahmad untuk menutup wajahnya. Semoga kita menjadi hamba yang terpilih dan siap menerima kematian kapanpun dan di manapun kita berada. Aamiin.

Sumber Artikel at: http://www.gasud.com/2012/09/tanda-tanda-kematian-seseorang.html
Copyright http://gasud.com


Komentar Blogger : “Bukan berarti yang tidak memiliki tanda-tanda ini aman dari kematian seketika toh? Tidak jarang, hujan tiba-tiba turun, tanpa mendung”.


Manfaat Mengimani Malaikat Izrail, Munkar, dan Nakir

Manfaat Mengimani Malaikat Izrail, Munkar, dan Nakir
Fajril Gois





Izrail, Munkar, dan Nakir adalah tiga malaikat yang tugasnya berkaitan erat dengan kematian manusia. Malaikat Izrail bertugas mencabut nyawa. Sedangkan Munkar-Nakir menanyai manusia di alam kubur. 

Meyakini adanya ketiga malaikat dalam kehidupan manusia menimbulkan sejumlah sikap positif pada diri seorang anak manusia, di antaranya:

1.     Menghargai betapa berharganya waktu.

Dia menyadari, jika sudah tiba waktunya bagi Izrail untuk melaksanakan tugasnya, maka tak ada kesempatan sedikit pun untuk menundanya. Oleh karena itu, semumpung nyawa masih di badan, dia isi seluruh waktunya utuk hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. Tidak dia buang-buang begitu saja untuk hal-hal yang sia-sia.


2.     Menghargai betapa berharganya dirinya.

Dia menghindari keadaan atau perbuatan yang dapat membinasakan dirinya.
Dia tidak memperlakukan dirinya dengan sembarangan. Tidak juga membiarkan dirinya berlaku sembarangan.

3.     Menerima takdir kematian.

Dia menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan ridha, sebagai ketetapan yang pasti dari Allah. Kematian bukannya hilangnya seseorang dari alam ini tanpa bekas, atau nyangkut-nya dia ke negeri tak berpenghuni. Kematian adala pulangnya ruh seorang hamba ke pangkuan Penciptanya yang Maha Pengasih dan Penyayang. Tidak kider ke lain tempat, tidak nyasar ke lain tuan.

4.     Gemar menciptakan kebaikan demi kebaikan, agar kelak yang menemaninya di alam kubur adalah teman dengan rupa yang baik dan harum, bukan teman yang berwajah buruk dan berbau busuk.

5.     Dia menyiapkan diri untuk pertanyaan di alam kubur dengan berbuat jujur menjalankan perintah-perintah Allah di dunia.

Manfaat Mengimani Malaikat Mikail


Bersahabat dengan Alam : 
Manfaat Mengimani Malaikat Mikail
Fajril Gois



Tugas malaikat Mikail sebagaimana diatur oleh Allah SWT adalah menurunkan hujan dan rezeki kepada semua makhluk. Pengertian "hujan" di sini bisa diperluas menjadi segala macam cuaca dan musim yang - langsung maupun tidak - berkaitan erat dengan rezeki makhluk. 

Seseorang yang meyakini adanya malaikat Mikail dengan tugas di atas, akan memiliki sejumlah sikap positif. Dalam konteks yang berkaitan dengan alam, dua di antaranya :

1.     Dia tidak mencela keadaan alam, baik panas, hujan, maupun dingin.

Dia menyadari semua itu merupakan tindakan malaikat Mikail, dan menghormatinya sebagai penerima tugas dari Tuhannya.

Mungkin si hamba berteduh dari hujan agar tak kuyup dan sakit, akan tetapi yang pasti dia tidak mengutuki hujan tersebut dengan bahasa-bahasa yang dapat menyakiti hati “petugas”nya atau “Bos” di belakangnya.

Dalam sebuah Hadis Qudsi, Allah berkata :

“Anak Adam telah menyakiti Aku : Dia mencaci maki masa, padahal Aku-lah pemilik dan pengatur masa. Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti”.
(HR Bukhari no.  4826 dan Muslim no.  2246, dari Abu Hurairah)

Nabi Muhammad SAW jelas-jelas melarang manusia mencela alam. Beliau bersabda :

“Janganlah kamu mencaci maki angin”
(HR Tirmizi no. 2252, dari Abu Ka’ab)

 Dosa mencela alam tidak main-main. Kata Nabi SAW :

“Sesungguhnya ada seseorang yang mengucapkan kalimat yang ia anggap biasa, tetapi karenanya ia terjun ke dalam neraka sejah 70 tahun”
(HR Tirmizi)


2.      Dia memuji Allah atas segala keadaan alam, dan memohon rahmat di dalamnya

Dia menyadari, pada setiap cuaca dan musim, ada rezeki bagi makhluk Allah, jika dirinya tak termasuk, mungkin saudaranya yang lain sesama makhluk Allah. 

Tetapi dia tetap berharap, berdoa, dan bersikap optimis, ada banyak kebaikan yang terkandung di dalam cuaca tersebut yang Allah sengaja ciptakan untuk dirinya.

Kata Nabi SAW, ada dua doa yang tidak akan ditolak : Doa ketika azan, dan doa ketika turunnya hujan

Beliau juga bersabda :

"Angin itu merupakan rahmat Allah, Dia datang dengan membawa rahmat dan datang dengan membawa adzab. Jika kalian melihatnya, maka janganlah kalian mencelanya. Mintalah kebaikannya kepada Allah dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya."
(HR Abu Daud, Hasan)


Nabi sendiri, apabila melihat hujan turun, Beliau berdoa :

“Allahumma shayyiban naafi'a”
Ya Allah, jadikan hujan ini hujan yang membawa manfaat kebaikan
(HR. Al-Buhari)


Dalam doanya yang lain :
"Ya Allah, sesungguhnyan aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, kebaikan sesuatu yang ada di dalamnya dan kebaikan sesuatu yang dia diutus dengannya dan aku berlindung kapada-Mu dari kejahatannya, kejahatan sesuatu yang ada di dalamnya dan kejahatan sesuatu yang dia diutus dengannya”
(HR Muslim)